Setelah
pendakian pertama di Tanah
sunda yaitu di Gunung Papandayan dahulu, kali ini saya mempunyai
keinginan
untuk menjejakkan kaki di tanah tertinggi Kabupaten Garut yaitu Gunung
Cikuray.
Awal keinginan mendaki gunung ini pun bisa dibilang tidak sengaja dan
mendadak.
Rencana ini berawal dari ajakan adik tercinta Si Fita dari Surabaya yang
ingin
sekali mencoba yang namanya mendaki Gunung. Saya pun berjanji untuk
mengajaknya
dan memilih Gunung Papandayan dikarenakan medan yang mudah dan sangat
cocok
untuk para pendaki pemula. Tetapi hal tidak terduga adalah seminggu
sebelum
pendakian status Gunung Papandayan dinaikkan menjadi waspada dan ditutup
total
untuk semua kegiatan pendakian. Tiket kereta tujuan Jakarta telah dibeli
oleh
Fita, kepalang tanggung saya pun mencari alternatif gunung lainnya. Pada
awalnya
saya memilih Gunung Gede Pangrango, tetapi berhubung masih dalam jadwal
rutin
penutupan January sampai maret maka akhirnya saya pun melirik Gunung
Cikuray
ini. Rasa sangsi pada awal melakukan pendakian gunung ini, dari banyak
info
yang saya dapatkan Gunung Cikuray mempunyai trek yang cukup sadis.
Apalagi saya
membawa newbie dalam hal pendakian, tetapi dengan banyak pertimbangan
akhirnya
pendakian ini pun terlaksana dengan anggota tim yang cukup banyak. Saya,
Fita,
Ferdy, Ibo, Reza, Ika, Septi, Ridwan, Fahmy, Imam. Catatan perjalanan
ini juga saya rangkai menjadi sebuah ebook singkat yang bisa kalian
lihat DISINI
Untuk mencapai trek awal pendakian
Gunung Cikuray kita harus menuju pos Pemancar yang ada di tengah perkebunan teh
di daerah Cilawu, Garut. Opsi pertama, Kita bisa naik angkot dengan jurusan
Cilawu dan turun di pertigaan Kebun Teh. Bilang saja ke sopir angkot pasti
mereka sudah paham. Dari pertigaan kita bisa menaiki ojek hingga pos pemancar
di kaki gunung Cikuray.
Opsi Kedua, kita bisa menyewa
angkot atau pick up yang ada di terminal Garut. Opsi ini yang kami lakukan
dalam pendakian kali ini. Tawar menawar cukup sengit kami lakukan demi
mendapatkan harga yang seEfisien mungkin. Harga pun ditetapkan 300 ribu untuk 1
angkot yang akan mengantarkan kita hingga pos pemancar, DEAL. Tas karung pun
kita letakkan di atas angkot. Tak beberapa lama angkot pun meluncur meliuk liuk
menelusuri jalanan. Hampir sejam berjalan kami tiba di perbatasan kampung
dengan perkebunan teh. Disini pun kejadian agak ganjil kami alami, sang sopir
angkot tampak kebingungan mencari jalan mencapai pemancar. Angkot berputar putar
saja, saya pun agak keheranan kenapa sopir ini sekilas tampak bingung. Dan tak
disangka sangka kamipun diturunkan di perbatasan kebun ini. Ibo selaku ketua
pendakian pun langsung tampak berdiskusi akan masalah ini, tetapi sang sopir
tetap tidak mau melanjutkan perjalanan menuju pemancar dengan berbagai alasan.
Akhirnya emosi saya pun terpantik, sumpah serapah saya lontarkan ke sopir dan
kenek angkot. Kamipun hanya membayar setengah harga dari kesepakatan. Awalnya
sopir pun tidak mau tetap meminta harga penuh, tapi karena kami diturunkan di
tengah jalan dan kamipun tidak terima. Daripada kami bakar itu angkot laknat
kamipun segera meninggalkan angkot dengan rasa amarah.
Catatan : Untuk menuju pos pemancar dengan mencarter kendaraan, alangkah baiknya mencari kenalan kendaraan yang benar benar sanggup mengantarkan ke pos pemancar. Jangan terlalu mudah percaya dengan tawaran calo angkot di Terminal Guntur. Atau bisa PM saya saja untuk info kontak carter kendaraan yang dapat dipercaya.
Setelah mengalami yang kurang
mengenakkan tersebut kami pun dengan terpaksa harus berjalan kaki menuju pos
Pemancar. Lampu kelap kelip Pos Pemancar Nampak dekat di perbatasan kebun
tempat kami meninggalkan angkot, tetapi menurut Ibo jarak tempuh lumayan jauh
kira kira 2 jam berjalan kaki. Mental sempat turun ketika Ibo mengatakan hal
tersebut, tapi mau bagaimana lagi. Akhirnya kita pun melanjutkan perjalanan
dengan berat hati. Langkah demi langkah hingga sinar mentari pun muncul. Pemandangan
menakjubkan pun tersaji sepanjang perjalanan di tengah kebun teh.
![]() |
Kebun Teh |
![]() |
Pos Pemancar |
Baru sampe pemancar saja kami semua sudah cukup kelelahan pikirku. Bagaimana jika nanti kita melewati trek sesungguhnya mendaki gunung Cikuray ini ??, semoga kita semua diberi kekuatan dan kelancaran. Kira kira tepat pukul 10 pagi melangkah ke jalur utama pendakian. Trek pertama membelah perkebunan teh yang kemudian jalan akan bercabang 2. Pilihlah arah kanan karena jika mengambil arah kiri maka kita akan melewati perkebunan dengan trek yang lebih terjal dan mungkin pun kita bisa tersesat diantara ladang penduduk. Selepas ladang kita masuk di batas hutan. Trek dari sini mulai menanjak dengan kondisi yang licin apabila hujan sedang mengguyur. Dari sini kita semua sudah tampak kelelahan, berjalan perlahan lahan dengan sisa semangat yang telah dihancurkan oleh angkot laknat.
Akhirnya kita tiba di pos 1 setelah
berjalan kurang lebih 60 menit. Kita disini sempatkan untuk beristirahat
sebelum melanjutkan perjalanan kembali. Setelah dirasa cukup kami pun melangkah
kembali, kali ini trek semakin menantang dengan tanjakan tanjakan yang cukup
membuat dengkul kendor. Beberapa kali beristirahat untuk memulihkan tenaga. Berjalan
hampit 60 menit kami tiba di Pos 2. Di pos 2 ini terdapat pipa air yang bisa
digunakan oleh para pendaki. Selepas pos 2 trek tetap di bawah kanopi pohon
pohon besar sehingga tak perlu takut kulit hitam terpapar sinar matahari,
hehehe. Trek juga semakin aduhai dengan kemiringan yang lebih ekstrim. Terkadang
kita pun harus semi reppeling dengan berpegangan akar akar pohon yang menjuntai
untuk terus bergerak maju, bahkan kalo saya bisa menyebutnya dengan trek 3D
(Dengkul ketemu dada ketemu dagu). Kami pun semakin banyak beristirahat di trek
yang kejam ini, 10 langkah berjalan 10 menit beristirahat. Bahkan si Ika dan
Abi sangat sering tiduran di tengah jalur, bahkan bagi para pendaki mungkin
mereka ini bagaikan polisi tidur di tengah jalur, hahaha.
90 menit berjalan kami akhirnya
tiba di pos 3. Pos yang tidak terlalu lebar tapi bisa digunakan untuk
mendirikan beberapa tenda. Kami tetap melanjutkan perjalanan karena tujuan kami
awal adalah puncak. Karena hanya puncak Cikuray yang terdapat banyak spot untuk
mendirikan tenda. Berhubung kami membawa banya anggota akhirnya diputuskan
untuk para porter kulkas yang membawa tenda untuk segera melangkah cepat dan
mendirikan tenda dipuncak. Karena kaki saya tidak kuat berjalan cepat akhirnya
saya lebih memilih untuk mencari alibi menemani anggota wanita dengan menjadi
penyapu ranjau di belakang, hahaha. Tim kaki dewa pun melesat jauh meninggalkan
kami tim kaki polio. Ditengah perjalanan kami sempatkan untuk memasak mie
instan tepatnya di pos 4. Perut yang berbunyi dan kaki yang lemas kehilangan
tenaga sudah tidak dapat ditolerir.
Setelah acara masak memasak kami akhirnya berjalan kembali, tak berapa lama kami pun tiba di pos 5 atau puncak bayangan. Di pos ini berupa tanah datar yang cukup luas, para pendaki pun sering mendirikan tenda di puncak bayangan sebelum melanjutkan perjalanan menuju puncak. Dari pos 5 ini tampak jelas puncak cikuray dikejauhan. Dari sini pun saya sempat membayangkan betapa aduhai trek yang akan saya lalui kembali. Waktu yang semakin sore kami pun segera bergegas berjalan kembali. Dan benar saja tak jauh dari Pos 5 trek gila sudah menguji fisik dan mental kita. Menurut saya ini adalah trek tersulit selama pendakian ini, trek berupa jalanan sempit sangat curam banyak akar akar pohon menghalangi kita. Bahkan ada beberapa bagian yang saya tidak melaluinya sendiri, apalagi dengan membawa kulkas bertuliskan 70 liter ini. Tampak di depan saya tanah hampir 1,5 meter menghadang, harus dengan bantuan tangan anggota lain untuk melewatinya.
Di tengah jalan matahari semakin
redup dan gelap selang beberapa menit hujan deras langsung mengguyur tubuh
kami. di tengah hujan trek berubah bak sungai dengan arus deras dengan airnya
yang sangat dingin. Ujian sekali lagi dalam pendakian kali ini, tapi ya
dinikmati saja. Tak beberapa lama saya pun bertemu dengan Ibo yang tampak
kebingunan mencari spot mendirikan tenda. Saya pun penasaran karena rencana
awal langsung kepuncak tapi kok Ibo malah mendirikan tenda di jalur datar yang
sempit ??. ternyata menurut hasil survey Ibo pelataran di puncak telah penuh
dengan tenda lainnya, akirnya kita pun terpaksa memasang 3 tenda di tanah yang
sangat sempit ini. Dalam guyuran hujan akhirnya 3 tenda kami pun berdiri. Tak banyak
yang kami lakukan malam yang ditemani hujan ini. Masak masak kecil dan langsung
masuk kedalam kantung tidur masing masing.
Jika mendaki Gunung Cikuray dan berniat untuk mendirikan tenda alangkah baiknya untuk segera cepat mencapai puncak sebelum malam karena ketersediaan lahan mendirikan tenda yang terbatas. Terlebih lagi jika saat Weekend dan musim pendakian.
Alarm satu persatu berbunyi, berat
untuk membuka mata sebenarnya. Tapi matahari pagi akan sayang jika kita
lewatkan. Segera bersiap siap kamipun melangkah kembali dalam subuh yang dingin
itu. Jalan sudah landai hanya dengan beberapa tanjakan saja. tak sampai 15
menit kami tiba di puncak Gunung Cikuray, puncak ditandai dengan pos
bertuliskan Puncak Cikuray. Di puncak ini pun tampak ramai denga beberapa
pendaki yang telah bangun dari mimpi mereka.
Tampak horizon cakrawala membelah
tepat setelah mentari muncul dari peraduannya. Awan awan tampak berarak di
bawah kita. Sungguh pagi yang luar biasa, doa kecil pun saya panjatkan “Alhamdulillah
aku bisa hidup di negeri yang sangat indah ini”, bergetar rasanya setiap dapat
menginjakkan kaki di tanah tertinggi. Maka nikmat Tuhan mana lagi yang akan
engkau dustakan.
![]() |
Puncak Cikuray |
![]() |
Pagi Yang Menakjubkan |
Di puncak Cikuray kita dapat melihat Gunung Papandayan yang selalu mengeluarkan asap dari kawah aktifnya. Disebelah barat tampak Gunung Guntur Masigit, dan juga Nampak kecil dikejauhan Ciremai yang gagah. Sungguh pagi yang sangat menyenangkan apalagi dapat menikmati dengan teman teman asik serta salah satu anggota keluarga tercintaku, adek Fita dan Ferdy. Mungkin ini pengalaman pertama mereka naik gunung yang tak akan terlupakan selamanya oleh mereka berdua. Terima kasih untuk kalian semua dan jangan pernah lupakan setiap langkah perjalanan yang telah kita lalui bersama sama. Salam sehat bebas polioooo….woyooooooooooo.
![]() |
Gunung Papandaya Di Seberang Sana |
![]() |
Lautan Awan |
0 komentar:
Posting Komentar